Perubahan Iklim dan Pendidikan di Asia Tenggara

Foto oleh Trang Trinh | Unsplash

Dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan terhadap pendidikan di Asia Tenggara merupakan masalah yang penting dan relevan untuk dieksplorasi. Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim, menghadapi berbagai ancaman seperti banjir, kekeringan, badai, tanah longsor, kenaikan permukaan air laut, dan gelombang panas. Ancaman-ancaman ini dapat mengganggu pendidikan jutaan anak dan remaja, serta mempengaruhi kualitas dan hasil belajar.

Menurut studi UNESCO yang baru, perubahan iklim dan pengungsian telah mengancam hak pendidikan bagi banyak orang di wilayah Asia-Pasifik, terutama kelompok yang terpinggirkan dan kurang beruntung. Studi tersebut menemukan beberapa hal:

Pertama, penutupan sekolah akibat banjir merupakan gangguan besar bagi pendidikan di semua negara yang dipilih (Bangladesh, India, Indonesia, Tuvalu, dan Vietnam). Fenomena ini diperparah oleh infrastruktur sekolah yang tidak memadai dan rencana pengelolaan bencana yang kurang. Kelangsungan pendidikan juga terhalang oleh penggunaan sekolah sebagai shelter darurat.

Kedua, kurangnya sumber daya keuangan menjadi faktor umum dalam semua skenario pengungsian di wilayah ini. Keluarga terpaksa memprioritaskan keamanan ekonomi daripada pendidikan anak-anak mereka. Perubahan iklim dan pengungsian iklim memperburuk kesenjangan pendidikan yang sudah ada dan hambatan pendidikan. Mereka yang termiskin secara finansial, seperti perempuan, komunitas pedesaan, mereka dengan risiko kesehatan, dan orang-orang dengan disabilitas adalah yang paling rentan terhadap hambatan-hambatan yang disebabkan oleh iklim.

Ketiga, orang-orang yang terpaksa kehilangan tempat tinggal akibat perubahan iklim menghadapi hambatan administratif dan bahasa dalam mendapatkan pendidikan, serta trauma dan diskriminasi. Kebijakan dan tindakan tanggap bencana di berbagai sektor pemerintah sering kali tidak konsisten dan tidak terintegrasi, sehingga menunda kembalinya siswa ke proses pembelajaran.

Studi ini juga menyoroti beberapa praktik baik dan rekomendasi untuk meningkatkan perlindungan terhadap hak pendidikan dalam konteks perubahan iklim dan pengungsian. Beberapa di antaranya adalah:
- Memperkuat ketahanan sistem dan infrastruktur pendidikan untuk menghadapi bahaya dan bencana iklim.
- Meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, penerimaan, dan adaptabilitas pendidikan bagi mereka yang terdampak pengungsian klimatik.
- Mendorong pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil bagi semua peserta didik yang terkena dampak perubahan iklim dan pengungsian.
- Mengintegrasikan pendidikan perubahan iklim dan pendidikan pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum dan pelatihan guru.
- Mendorong kerja sama dan dialog regional mengenai isu perubahan iklim dan pengungsian.

Aspek lain dari dampak perubahan iklim terhadap pendidikan di Asia Tenggara adalah kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensi baru untuk dunia kerja yang berubah. Perubahan iklim memberikan tantangan dan peluang bagi pembangunan ekonomi dan lapangan kerja di wilayah ini. Menurut laporan IMF, Asia Tenggara perlu berinvestasi lebih banyak dalam infrastruktur hijau, energi terbarukan, teknologi rendah emisi karbon, dan layanan lingkungan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menyesuaikan diri dengan dampak iklim. Ini membutuhkan tenaga kerja yang terampil yang dapat memenuhi permintaan untuk pekerjaan hijau dan inovasi.

Laporan tersebut juga menyarankan bahwa Asia Tenggara dapat mengambil manfaat dari integrasi dan kerja sama regional untuk mencapai tujuan perubahan iklimnya. Dengan berbagi praktik terbaik, sumber daya, teknologi, dan pasar, wilayah ini dapat meningkatkan kapasitas kolektifnya dalam menghadapi tantangan iklim dan memanfaatkan peluang berkelanjutan.

Oleh karena itu, sangat penting bagi Asia Tenggara untuk meningkatkan sistem pendidikan dan kebijakannya guna membekali generasi saat ini dan mendatang dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang relevan untuk pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan hijau.

Beberapa elemen kunci dari pendidikan tersebut meliputi:
- Mendorong kesempatan pembelajaran sepanjang hayat untuk semua orang.
- Mengembangkan keterampilan lintas bidang seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, literasi digital, dan lain-lain.
- Meningkatkan kesadaran lingkungan, keterlibatan warga, kewarganegaraan global, dan tanggung jawab sosial.
- Mendorong inovasi, kewirausahaan, dan karier hijau.
- Mendukung pengembangan profesional guru dan peningkatan kapasitas mereka.
- Memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan []